Jaka Permana, petani milenial asal Pangandaran yang diabaikan pemberitaan. Sosoknya yang ramah dan sederhana, memilih untuk tinggal di kampung dari pada melakukan urbanisasi ke kota-kota seperti teman-temannya. Di usianya yang tergolong muda, dia lebih memilih hidup mandiri dan melestarikan alam semesta.
Bagi Jaka, bertani adalah hobi, cita-cita dan kebahagiaan.
“Saya sangat bahagia dengan bertani. Cita-cita dan hobi saya menjadi petani. Teman-teman mensupport saya untuk bertani, sebenarnya temen saya ingin bertani, tapi mereka tidak bisa.” Ungkap Jaka pada kanalwarga.com
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati, baik itu produk pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, air, dan lain sebainya untuk konsumsi manusia.
Jaka menuturkan, “Semua kalangan bisa makan dari hasil pertanian, kalau tidak ada petani orang di atas mau makan apa?” Ucap Jaka sambil membersihkan telapak tanggannya yang berlumuran tanah.
Jaka sendiri memilih tinggal di kampung, bagi Jaka, kampung adalah segala sesuatu dengan segala keindahan dan kelengkapan ekosistemnya.
“Dari pada di kota lebih baik di kampung. Di kampung itu sejuk dan tidak banyak polusi.” Tegasnya.
Jaka pun menyoroti permasalahan pandemi. “Pertanian bagus buat kesehatan. Di kota untuk sehat harus fitness. Harus bayar. Dengan bertani, badan berkeringat, tidak perlu bayar lagi, hasilnya pertaniannya bisa kita konsumsi, bisa kita jual, bisa dibagikan ketetangga. Kan tanaman juga memberikan kesejukan dan oksigen bagi kehidupan. Di media-media juga diberitakan, virus corona mati oleh panas. Jadi dengan bertani Corona juga mati”
Di area 3000 M, Jaka menanam Kangkung, Terong, Cabe, dan jenis sayurnya untuk konsumsi dapur. Selain bertani, Jaka juga beternak Sapi, Ayam, Kambing dan berencana akan membuat kolam Ikan.
“Saya punya ternak sapi. Alhamdulillah, Sapi saya sudah beranak, nah saya bangun rumah dari hasil peternakan.” Paparnya.